Ripang Temu Mangga Berpotensi Jadi Obat Anti Malaria

fmipa_uii_kimia

Ripang temu mangga (curcuma mangga) yang merupakan salah satu suku tumbuhan Zingiberaceae memiliki khasiat sebagai ramuan obat tradisional. Bahkan tumbuhan ini sudah digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat selama ratusan tahun yang lalu.

Berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa pada tanaman tersebut. Salah satunya, Fitriantini melakukan penelitian terhadap ripang temu mangga pada tahun 2005 lalu. Hasil penelitiannya, ekstrak etanol ripang mangga memiliki pengaruh pada penghambatan pertumbuhan plasmodium berghei yang diinfeksikan pada mencit putih jantan dengan dosis 250 mg/kg berat badan (BB).

fmipa_uii_kimia

Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hambatan terhadap perkembangan parasitemia sebesar 48,56 persen. Namun penelitian terhadap aktivitas pertumbuhan plasmodium falciparum, serta penggunaan fraksi n-heksana dan etil asetat temu mangga belum ada. Selain itu, juga belum ada uji antimalaria plasmodium falciparum terhadap ekstrak etanolnya.

Hal itulah yang melatarbelakangi empat mahasiswi Program Studi (Prodi) Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta melakukan penelitian uji aktivitas antimalaria in vitro dari fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol ripang temu mangga terhadap plasmodium falciparum. Empat mahasiswi tersebut adalah Annisa Wahyu Nur Iman, Dea Alvine Lutfiani, Dian Yuliyanti, dan Rona Belisa Oktavany.

Penelitian ini berhasil memenangkan dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) dari Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Bahkan setelah dilakukan monitoring dan evaluasi (Monev), mereka dinyatakan berhak maju ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) yang akan dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan.

Lebih lanjut Annisa menjelaskan penelitiannya bertujuan untuk mengetahui aktivitas antimalaria fraksi n-heksana, etil asetat dan etanol dari ripang temu mangga sebagai antimalaria. Metode ekstraksinya menggunakan sokhletasi dan crude yang diperoleh kemudian difraksinasi menggunakan metode Vacum Liquid Chromatography (VLC) dengan eluen n-heksana:etil asetat (2:1), etil asetat dan etanol.

Sedang identifikasi senyawa pada masing-masing ekstrak menggunakan LC-MS diperoleh (E) -labda-8 (17), 12-dien-15, 16 dial sebagai senyawa target. Senyawa ini lebih banyak terdapat dalam fraksi n-heksana:etil asetat. Hasilnya fraksi n-heksana:etil asetat dapat menghambat pertumbuhan parasitemia, dengan rata-rata penghambatannya sebesar 8,42 persen dengan dosis 10 ug/mL. Sedang ekstrak etanol dengan dosis 10 ug/mL tidak mampu menghambat pertumbuhan parasitemia.

“Hasil uji antiplasmodium menunjukkan ekstrak etanol dan fraksi n-heksana:etil asetat ripang temu mangga memiliki nilai IC50 sebesar 62,64 ug/mL dan 46,17 ug/mL. Hal ini menunjukkan fraksi n-heksana:etil asetat memiliki aktivitas antiplasmodium yang relatif lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol ripang temu mangga. Karena fraksi n-heksana:etil asetat mengandung (E) -labda-8 (17), 12-dien-15, 16 dial lebih banyak,” jelas Annisa.