Islam dan Teknologi dalam Kehidupan Masyarakat, Amalia Rachel

Dalam masyarakat Islam, ilmu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai ketuhanan, karena sumber ilmu yang hakiki adalah Allah SWT. Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang derajatnya paling tinggi, karena diberi daya berfikir, yang menjadi cikal bakal penemuan teori-teori ilmiah dan teknologi. Dalam perspektif Islam, pengembangan teknologi untuk masyarakat dapat dikaitkan dengan konsep sakhkhara, yaitu penundukan dunia seisinya atau apa yang ada di langit dan di bumi oleh Allah SWT untuk dimanfaatkan oleh manusia secara bertanggungjawab, seperti sabda Allah SWT berikut,

“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. al-Jatsiyah [45]: 12)

Dengan perspektif ini, maka teknologi bukan hal yang sejajar dengan Islam, melainkan teknologi merupakan “alat” melalui kekuasaan Allah SWT dan alam seisinya ditundukkan untuk manusia, sedangkan Islam adalah “sistem gagasan” yang mendasari dalam pengembangan teknologi.

Penerapan teknologi dalam kegiatan sehari-hari merupakan bagian dari cara Islam membentuk dunia dan upaya menghadirkan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, mentransformasikan Islam dalam kehidupan nyata masyarakat.

Al-Quran sebagai sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan tampaknya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan hampir semua ilmu pengetahuan yang muncul di permukaan saat ini telah termuat di dalam kitab suci Al-Quran, walaupun tidak dijelaskan secara rinci. Al-Quran menantang manusia untuk menggunakan akal pikirannya seoptimal mungkin. Dalam sebuah hadist rasulullah bersabda,

“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan orang yang meletakkan ilmu pada selain yang ahlinya bagaikan menggantungkan permata dan emas pada babi hutan.” (HR. Ibnu Majah no. 224). Hadis tersebut merupakan dalil yang sangat lumrah sekali kita dengar. Dimana hadis tersebut mengandung perintah (Kewajiban) terhadap Muslim untuk menuntut ilmu.

Pandangan Islam terhadap sains dan teknologi adalah bahwa Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan penelitian dalam bidang apapun, termasuk sains dan teknologi. Integrasi Sains dengan Islam dapat dilihat dari banyaknya rumusan fikih kontemporer, seperti yang dilakukan dalam aktivitas Bathsul Masail di organisisai Nahdatul Ulama atau dalam aktivitas Majlis Tarjih dan Tajdid di organisasi Muhammadiyah. Dua dewan ulama itu telah menghadirkan banyak karya Fiqih di luar ibadah mahdhah yang telah ditentukan syarat dan rukunnya. Fikih Agraria, Fikih Informasi, Fikih Lingkungan, Fikih Bencana, adalah contoh-contoh bagaimana Islam hadir mewarnai realitas masyarakat. Tentu fikih tersebut tidak hanya dirumuskan melalui perdebatan di kalangan ulama ahli fikih, tetapi juga menghadirkan ilmuwan dalam bidangnya. Masyarakat masa kini telah berhasil mengembangkan sains dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun di sisi lain sains dan teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Untuk itu, munculnya gagasan tentang Islamisasi Sains dan Teknologi. Tujuan gagasan tersebut adalah agar sains dan teknologi dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia.

Konsep ajaran islam tentang pengembangan teknologi dapat didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut.

Pertama, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam dikembangkan dalam kerangka tauhid atau teologi. Teologi yang mencakup keyakinan pada Allah SWT, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkannya dengan tingkah laku serta hal yang menyangkut aktivitas mental perihal hubungan manusia dengan Tuhan dan dengan lingkungan sekitar.

Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Islam dikembangkan dalam maksud untuk bertakwa dan beribadah kepada Allah SWT, hal ini perlu ditegaskan karena saat ini diamati masih lebih tertuju untuk memperoleh keselamatan akhirat.

Ketiga, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan oleh orang-orang Islam yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan spiritual dan dilakukan bersamaan dengan kesungguhan beribadah pada Allah SWT.

Keempat, ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan dalam kerangka yang integral yaitu bahwa ilmu agama dan ilmu umum walaupun berbeda bentuk hakikatnya sama sebagai tanda kekuasaan Allah SWT.

Dengan poin-poin di atas, diharapkan tidak ada lagi perasaan yang lebih unggul antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan alam, serta akan dapat diperoleh keuntungan yang berguna untuk mengatasi problem kehidupan masyarakat modern.

Dunia tanpa batas saat mengisyaratkan umat Islam harus peka dan tanggap terhadap isu-isu aktual dan faktual yang berlangsung hari ini. Kemajuan sains yang berlangsung begitu cepat perlu diselaraskan dengan pemahaman agama dan disesuaikan dengan nilai sosial budaya yang ada. Pada hakikatnya perkembangan sains dan teknologi tidak bertentangan dengan agama Islam, karena agama Islam adalah agama rasional yang lebih menonjolkan akal dan dapat diamalkan tanpa mengubah budaya setempat. Kedatangan Islam telah memberikan isyarat terjadinya revolusi ilmu pengetahuan secara benar, bahkan kehadiran Islam telah memisahkan periode sebelum turunnya Al-Quran dimana pada masa itu dikenal dengan era jahiliyah.

Konsep Islamisasi ilmu ini tidak hanya bisa diterapkan oleh umat Islam. Masyarakat non-Muslim pun bisa menyerapnya, konsep ini juga bukan merupakan Arabisasi. Memang Islam bermula dari kandungan bahasa Arab, namun Islam adalah agama yang alami, bisa masuk ke berbagai bangsa dan Bahasa. Selain bukan Arabisasi, Islamisasi ilmu tidak berarti menolak budaya Barat. Islamisasi ilmu dapat memasukkan berbagai hal penting dari budaya Barat ke dalam pandangan Islam. Tentu dalam hal itu harus bertujuan untuk membentuk akhlak dan syariat Islami.

Dengan demikian integrasi Al-Quran dan Teknologi atau Ilmu Pengetahuan dalam kehidupan masyarakat memiliki dua misi penting, yakni pembinaan moral spiritual dan daya intelektual. Mensinergikan antara Al-Quran sebagai pedoman umat Islam dengan sains merupakan suatu keharusan, karena Al-Quran sendiri merupakan sumber pengetahuan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, dengan ditambah ilmu pengetahuan teknologi yang saat ini berkembang pesat, bukan suatu hal yang mustahil jika nantinya akan hadir generasi pemikir yang memiliki spiritualitas tinggi dibanding dengan masa lalu.

Endnote

Dwijo, Al Q. N. E. S. “Pengembangan Iptek Dalam Tinjauan Hukum Islam” dalam Jurnal Pendidikan

Agama Islam UIN Sunan Ampel, Vol. 02 No. 01, Tahun 2014, h. 144-166

Moh. Soehadha. “Integrasi Islam dan Sains Teknologi dalam Pengabdian Masyarakat; Transformasi Islam dalam Wilayah Praksis Keseharian Masyarakat” dalam Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama. Vol.

19, No. 02, Tahun 2019, h. 153-162

Sarli Amri Teguh Pribadi & Ellya Sestri. “ISLAM DAN SAINS TEKNOLOGI MODERNI” dalam Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi, Vol. 01. No. 01, Tahun 2020, h. 26-32
Andi Ombong Sapada & Muhammad Arsyam. “Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menurut Pandangan Islaim” dalam Jurnal Majelis Taklim Masjid Nurul Ismi Mamoa. Vol. 01 No. 01, Tahun 2020, h. 001 Muzammil Imron. “Al-Qur’an Inspirator Sains dan Saintis Muslim” http://bata- bata.net/2021/02/19/Al-Quran-Inspirator-Sains-dan-Saintis-Muslim.html. Diakses pada 28 Juli 2023.

Identitas Penulis

Nama saya Amalia Rachel, yang merupakan tenaga kependidikan di Universitas Islam Indonesia yang menempati unit Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia dan merupakan alumni Program Studi Sarjana Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.