Islam sebagai Solusi: “Islam dan Kesehatan Mental” Menyikapi Kekhawatiran dari Perspektif Islam

oleh : Izdihar Rohadatul Aisy

Kehidupan setiap orang di dunia berjalan sesuai dengan skenarionya. Oleh karena itu, proses yang dilalui dan tahap yang dijalani setiap orang juga berbeda. Akan tetapi, persaingan antara satu orang dengan orang yang lain tidak dapat dihindarkan. Ada di antaranya yang mungkin merasa belum cukup dengan kehidupan yang selama ini dijalani dan ingin menjadi orang lain karena merasa kehidupan orang tersebut terlihat lebih mudah. Ada juga orang yang menganggap dirinya belum berhasil karena selalu membandingkan perjalanan hidup dirinya dengan orang lain. Situasi tersebut jika terus dibiarkan akan membuat orang tersebut merasa khawatir dan justru tidak dapat fokus pada kehidupannya sendiri.

Khawatir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah takut (gelisah, cemas) terhadap suatu hal yang belum diketahui dengan pasti (1). Perasaan ini jika terus dipelihara dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental, yaitu perasaan khawatir berlebih terhadap hal-hal yang terjadi di kehidupannya. Dan jika terus dibiarkan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupannya, misalnya pada pola makan dan pola tidur. Orang tersebut akan terganggu pola makannya, dapat lebih banyak atau justru sulit makan dan pola tidurnya, dapat lebih sering merasakan kantuk sehingga jam tidur bertambah atau kesulitan tidur karena terganggu dengan pikirannya sendiri.

Jika seseorang telah berada pada tahap demikian dengan frekuensi yang sering, maka dia sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental, yaitu psikolog atau psikiater. Mereka dapat membantu kita untuk mengurai masalah yang terjadi, bahkan mungkin dapat membantu kita menemukan akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut sampai terjadi. Namun, Islam juga mengajarkan kita untuk selalu menjadikan Allah subhanahu wa ta’ala sebagai Dzat penolong dan sebaik-baik pelindung dalam menghadapi sulitnya kehidupan.

Firman Allah dalam Q.S. Ali ‘Imran [3]: 173 berbunyi fiasbunallohu wa ni’mal-wakiil yang artinya “cukup Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (2)

Ayat tersebut menggambarkan sikap tawakal seorang muslim setelah berikhtiar semaksimal mungkin. Bagi seorang muslin, apapun yang menghadang pencapaiannya, menyulitkan hidupnya, segala sesuatu yang membuat sedih, maka cukup Allah sebagai penolong dan sebaik-baik pelindung

(3).

Firman Allah yang lain dalam Q.S. Al-Maidah [5]: 16 berbunyi yahdi bihillaahu manittaba’a ridhwaanahuu subulas-salaami wa yukhrijuhum minazh-zhulumaati ilan-nuuri bi-iżnihii wa yahdiihim ilaa shiroothim mustaqiim yang artinya “dengan Kitab itulah Allah memberikan petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (4)

Ayat tersebut menerangkan bahwa dengan Al-Quran Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan dunia dan akhirat serta mengeluarkan mereka dari alam yang gelap ke alam yang terang dan memberi petunjuk mereka jalan yang benar (3).

Dari ayat di atas dapat diambil makna bahwa dengan membaca, memahami dan mengamalkan kitab suci Allah, yaitu Al-Quran, maka Allah akan memberi petunjuk kepada kita berupa jalan terang yang membebaskan kita dari gelapnya pikiran.

Firman Allah dalam Q.S. Maryam [19]:4 yang berbunyi qoola robbi innii wahanal-‘azhmu minnii wasyta’alar-ro-su syaibaw wa lam akum bidu’aaa-ika robbi syaqiyyaa yang artinya “Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-MU, ya Tuhanku”.” (5)

Ayat di atas merupakan potongan doa Nabi Zakaria kepada Allah karena belum juga dikaruniai keturunan pada usianya yang ke 90 tahun. Dengan tutur kata yang santun dan suara yang lembut, dia berdoa kepada Allah dengan penuh keyakinan bahwa Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang berdoa (3).

Dari ayat di atas kita dapat mengambil pesan bahwa berdoalah selalu kepada Allah, karena bukannya Allah tidak menerima dan mengabulkan doa kita. Hanya saja Allah yang paling mengetahui kapan doa yang kita panjatkan akan dikabulkan.

Firman Allah dalam Q.S. Al-Fath [48]: 4 yang berbunyi huwallażii anḡzalas-sakiinata fii quluubil-mu- miniina liyazdaaduuu iimaanam ma’a iimaanihim, wa lillaahi junuudus-samaawaati wal-ardh, wa kaanallohu ‘aliiman fiakiimaa yang artinya “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.” (6)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menganugerahkan nikmat-Nya dengan menanamkan ketenangan dalam hati orang-orang yang beriman. Rahmat dan kasih sayang Allah sangat luas dan tidak terkira (3).

Dari keempat ayat Al-Quran tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ketika dalam kondisi kesehatan mental yang tidak baik, sebaiknya kita berikhtiar menemui tenaga kesehatan mental dengan tetap bertawakal kepada Allah yaitu menjadikan-Nya sebagai penolong dan sebaik-baik pelindung. Cara kita bertawakal kepada Allah dapat dilakukan dengan terus berdoa memohon petunjuk Allah dan membaca, memahami serta mengamalkan kitab-Nya. Kita juga wajib meyakini bahwa Allah tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang selalu berdoa. Dan terakhir, Allah akan menganugerahkan nikmat berupa ketenangan hati bagi orang-orang yang beriman.

Berdasarkan kondisi di atas dapat diambil hikmah bahwa sebaik-baik perasaan kita terhadap kondisi orang lain adalah dengan mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita. Sebaik-baik takdir Allah adalah takdir yang kita jalani saat ini, begitu pula yang berlaku pada orang lain.

Kondisi di atas dapat dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda. Akan tetapi, apapun yang terjadi tugas kita adalah pertama, berusaha mengendalikan perasaan kita, terutama perasaan yang kurang baik atau perasaan yang dapat merugikan diri sendiri. Kedua, jika gangguan kesehatan mental sudah dirasakan, sebaiknya segera konsultasikan dengan tenaga mental professional untuk segera mendapat penanganan yang baik dan mengurangi risiko terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Ketiga, selalu menjadikan Allah dan kitab-Nya sebagai penolong dan sebaik- baik pelindung. Semoga Allah selalu menjaga kita dari hal-hal buruk. Aamiin..

Wallahu a’lam bish shawaab, hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.

Sumber:

1 “Arti Kata “Khawatir” Menurut KBBI” https://kbbi.co.id/arti-kata/khawatir. Diakses pada 8 Agustus 2023.

2 Andi Unpam. Q.S. Ali ‘Imran/3:173

3 Suandri Ansah. “7 Ayat Al-Quran Penenang Jiwa, ‘Obat’ Cemas Berlebihan” https://langit7.id/read/13527/1/7-ayat-alquran-penenang-jiwa-obat-cemas-berlebihan- 1648375421. Diakses pada 8 Agustus 2023.

4 Andi Unpam. Q.S. Al-Maidah/5:16

5 Andi Unpam. Q.S. Maryam/19:4

6 Andi Unpam. Q.S. Al-Fath/48:4