Urip Iku Urup: Kebaikanmu akan selalu kembali kepadamu

Oleh : Istyarto Damarhati

Urip iku urup merupakan filosofi bahasa Jawa yang artinya hidup itu nyala. Maknanya adalah bahwa hidup ini selayaknya harus memberikan manfaat bagi orang lain di sekitar kita. Semakin besar manfaat yang bisa kita berikan akan semakin baik. Hal ini sejalan dengan ajaran agama Islam yang mengajarkan kita semua agar menjadi manusia yang berguna karena manusia yang terbaik adalah manusia yang bisa memberikan manfaat bagi yang lain.

Terlepas dari itu semua, manusia adalah makhluk sosial yang bermakna bahwa manusia harus selalu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama manusia yang lainnya. Manusia tidak bisa hidup sendiri dalam kehidupan sehari-harinya karena selalu membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang lain. Hal ini lah yang mendorong setiap manusia harus berbuat baik bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Berbuat baik bagi sesama merupakan ajaran bagi semua manusia yang diajarkan untuk selalu diamalkan dalam kehidupan sehari-harinya. Terutama bagi seorang muslim yang secara jelas diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan bisa bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Berbuat baik merupakan akhlak mulia yang merupakan perwujudan dari bentuk amalan ibadah yang diperintahkan Allah Subhanahu wata’ala dan Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Ajaran ini salah satunya tertuang dalam Al Quran Surat An-Nisa [4]: 36, yang artinya “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang- orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. Dalam QS. Al Baqarah [2]: 195 juga disampaikan yang artinya “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. Selain itu dalam Hadist Riwayat Bukhori juga jelas disampaikan bahwa, “Jika Seseorang berbuat baik dalam Islamnya, maka tiap kebaikan yang diamalkannya dicatat sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus, dan tiap dosa yang dilakukannya hanya dicatat satu.” (HR. Bukhari).i

 

Langkah baik berbuat kebaikan

Berbuat baik yang dilakukan secara terus menerus akan memberikan manfaat yang baik kembali bagi yang melakukannya berupa ketenangan dan kenyamanan lahir dan batin. Namun tidak dipungkiri juga bahwa apapun perbuatan baik yang kita lakukan tidak semuanya bisa dilihat baik bagi orang lain malah justru bisa sebaliknya. Meskipun begitu dengan banyak tantangan dalam berbuat baik jangan sampai mengurangi tindakan kita dalam melakukan setiap kebaikan. Dengan tantangan yang dihadapi justru mampu meningkatkan niat kita dalam selalu berbuat kebaikan.

Niat dalam melakukan setiap kebaikan harus selalu kita tingkatkan. Niat ini akan selalu kita ingat dan amalkan ketika kita mengetahui landasan dan makna dari berbuat kebaikan. Berikut ini alasan kita sebagai seorang muslim untuk selalu berbuat kebaikan.

  1. Setiap kebaikan akan kembali menjadi

Kebaikan yang dilakukan akan berbuah kebaikan pula yang kembali kepada dirinya. Meskipun kebaikan itu bermanfaat bagi orang lain, namun pada hakikatnya kebaikan yang dilakukan akan kembali kepada dirinya juga. Siapapun yang berbuat kebaikan akan memetik hasil dari setiap kebaikan yang dilakukannya. Hal ini sebagaiman firman Allah Subhanahu wata’ala, “Tidak ada balasan kebaikkan kecuali kebaikkan (pula).” QS. Al-Rahman [55]: 60. Setiap amal yang dilakukan akan kembali kepada yang melakukannya. Kebaikan akan berbalas kebaikan, begitu juga dengan keburukan akan berbalas keburukan. Hal ini tertulis dalam firman

Allah Subhanahu wata’ala, Al-Isra’ [17]: 7. “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”.

  1. Kebaikan akan mendatangkan pahala

Setiap kebaikan yang dilakukan akan mendapatkan pahala, walaupun itu masih berupa niat saja. Bagi setiap manusia yang berniat dalam hatinya untuk melakukan kebaikan maka Allah Subhanahu wata’ala akan menilainya sebagai satu catatan kebaikan dan apabila kebaikan itu telah dilakukan maka akan dinilai sebagai dua catatan kebaikan. Meskipun niat saja sudah diberikan pahala namun harus diupayakan agar terwujudnya niat baik tersebut. Jadi dengan melakukan kebaikan diyakini akan mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu wata’ala, seperti dalam firman QS Yunus [10]: 26). “Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik dan tambahannya (kenikmatan bertemu dengan Allah kelak diakhirat)”.

  1. Selalu mengingat dan mendekatkan diri pada Allah Subhanahu wata’ala

Melakukan perbuatan baik akan selalu mengingatkan dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Akhlak yang baik mencerminkan ciri orang yang bertaqwa. Seiring dengan berbuat kebaikan secara istiqomah akan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan meyakini bahwa kebaikan itu akan selalu kembali kepada dirinya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah QS Az-Zumar [39]: 34, “Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik,”.

 

Menjadi manusia yang mampu menerangi

Hukum berbuat baik adalah wajib, apalagi bagi seorang muslim harus selalu menebar kebaikan, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Berbuat baiklah kepada semua orang walaupun orang itu pernah berbuat buruk kepada kalian. Namun sebelum berbuat baik kepada orang lain maka diri kita harus selalu berusaha menjadi orang yang baik. Seperti filosofi Bahasa Jawa, Urip iku urup, yang bermakna harus mampu menerangi lingkungan sekitar, namun sebelum bisa menerangi harus terang terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kehidupan sehari-hari, sebelum berbuat kebaikan kepada orang lain harus selalu berusaha menjadi pribadi yang baik.

Bagi setiap muslim sudah harus bisa berubah menjadi yang lebih baik dari pada hari sebelumnya. Memperbaiki setiap kesalahan yang telah kita lakukan agar kehidupan yang kita jalani menjadi lebih berkah dan selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wata’ala. Berikut ini langkah seseorang agar menjadi pribadi yang baik yang selalu mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.

  1. Muhasabah diri (intropeksi diri)

Tidak ada manusia yang tidak berdosa, maka alangkah baiknya harus selalu intropeksi diri (muhasabah diri) atas apa yang telah dilakukannya. Muhasabah diri ini bertujuan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan bisa berubah menjadi yang lebih baik lagi.

  1. Bertaubat

Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan yang sudah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah bertaubat. Bertaubat dengan berjanji dengan bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan berjanji untuk menjadi lebih baik lagi.

  1. Selalu menjaga hati

Para ulama bersepakat bahwa hati manusia sering mengalami sakit, sakit yang dimaksud adalah sakit secara rohani. Hal ini karena jarang mendapatkan siraman rohani berupa ajaran- ajaran agama yang mampu menjadi pengendali perbuatan manusia. Cara menjaga hati menurut perintah Allah Subhanahu wata’ala adalah dengan sholat, membaca al quran dan berzikir.

  1. Menjaga kadar keimanan

Keimanan manusia pasti akan selalu naik dan turun. Hal ini lah yang harus dijaga agar ketika keimanan turun bisa segera diantisipasi dengan baik. Caranya dengan selalu mendekatkan diri

kepada Allah Subhanahu wata’ala dan menjauhi segala larangan-Nya. Selalu mengingat bahwa kehidupan ini bertujuan demi kebaikan dunia dan akhirat kelak.

  1. Selalu istiqomah dalam kebaikan

Seiring dengan naik turunya kadar keimanan manusia menyebabkan sikap konsiten dalam kebaikan juga naik turun. Hal ini perlu selalu dijaga agar bisa istiqomah dalam kebaikan dengan selalu meminta pertolongan dari Sang Pencipta agar bisa selalu istiqomah dalam upaya berbuat kebaikan.

  1. Bersabar dan belajar memaafkan

Tingkat kesabaran manusia sangat bergantung dari kadar keimanannya. Kesabaran ini harus dilatih agar ketika menghadapi situasi yang bisa memancing emosi bisa tetap terjaga kesabarannya. Selain itu, sikap yang harus ditunjukkan setelah menghadapi permasalahan yang muncul adalah harus selalu memaafkan. Meskipun itu sangat sulit dilakukan, namun sebaiknya bisa memaafkan setiap kesalahan orang lain agar pikiran kita menjadi tenang dan tidak dibebani oleh pikiran-pikiran negatif.

  1. Selalu menghormati dan menghargai sesama

Sebagai manusia yang berada dilingkungan sosial sudah sewajarnya untuk selalu menghargai dan menghormati orang lain dengan selalu menjaga perkataan dan tingkah laku dalam bersosialisasi. Dalam berinteraksi tentu banyak menemui perbedaan yang muncul, baik karakter, pendapat, atau yang lainnya. Maka dari itu harus selalu menanamkan pada diri sendiri bahwa perbedaan adalah sesuatu yang wajar. Bukan sebagai pembeda namun justru bisa menjadi pengikat diantara sesama.

Setiap kebaikan yang dilakukan walaupun sangat kecil bentuknya namun percayalah pasti mendapatkan balasan dari Allah Subhanahu wata’ala. Jadi jangan sampai ragu dalam berbuat baik walau sekecil dan sesulit apapun. Setiap langkah dalam berbuat kebaikan yang dilakukan dengan rasa tulus ikhlas akan menjadi sangat berarti dan Allah Subhanahu wata’ala berjanji akan memberikan balasan dengan berlipat-lipat kebaikan yang akan kembali pada diri kita.

Baqi, Muhammad Fu’ad Abdul. 2017. Kitab Al-Lu’Lu wal Marjan.Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Irfan, Abu Hafizhah. 2016. Tafsir Al-‘Irfan (Juz 30). Pasuruan. Pustaka Al-Bayyinah Nurdianto, Talqis. 2020. “Anjuran Berbuat Ihsan”. https://muhammadiyah.or.id/anjuran- berbuat-ihsan-2/, diakses pada 18 Agustus 2022 Pukul 19.33.

Eduwar. 2018. Potensi Kebaikan dan Keburukan Padamanusia Dalam Al-Quran dan Hadis. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Universitas Islam Negeri Ar- Raniry: Banda Aceh

Biodata:

Istyarto Damarhati, S.Pd.Si. lahir di Sleman, pada tanggal 3 Mei 1989. Saya menyelesaikan S1 Pendidikan Kimia di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2012. Saya mulai bekerja di Universitas Islam Indonesia sejak tahun 2015 sebagai Staf Prodi di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.