Bertempat di Dusun Boro Kalurahan Banjarsari Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, warga Fakultas MIPA, dosen dan karyawan, tumplek blek mengikuti Out Bond dan Fun Game pada Minggu (8/11). Dengan menggunakan tiga bus UII, para peserta mengenakan seragam kaos warna hijau dipadu dengan orange, yang melambangkan semangat dan ketekunan, semua peserta nampak ceria.

Dalam sambutan pembukaan Dekan FMIPA UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa acara Outbound ini memiliki tujuan agar terbina jiwa Leadership/Kepemimpinan, Komunikasi/Keakraban, Kesamaan Kata/Satu Tujuan.

Out bond Fakutas MIPA kali ini mengangkat tema “Satu Dalam Kata, Harmoni Dalam Karya”

Sesampai di tempat out bond, Dolan Deso, begitu nama tempatnya, para peserta disuguhi minuman hangat dan makanan ringan, selesainya, para peserta diajak tempat arena out bond untk mengikuti acara sesi pertama, yaitu pemanasan, warming up, dipandu oleh Mister Dion.

Selanjutnya para peserta diajak mengikuti aneka game (permainan), mulai dari permainan yang bikin tawa riang sampai yang bikin mikir serius, tapi ada juga yang bikin kompak. Permainannya antara lain Bola Gila, di permainan ini para peserta di ajak memasukan bola dalam suatu lobang dengan media tempat lingkar, yang didalamnya diberi rintangan.

Outbound1

Ada lagi permainan Jembatan Sirotol Mustaqiem, disini para peserta diwajibkan menyeberang pada suatu jembatan yang terbuat dari jembatan tali, kalo gagal, kecemplung. Ada juga permainan yang relative ekstrem, yaitu para peserta diajak masuk mengikuti aliran irigasi Van de Wick, dengan arus yang relative deras, yang puncaknya para peserta akan terbawa arus memasuki lorong jembatan sepanjang + 50 meter … wooow ngeri ngeri seger.

Sesi terakhir para peserta di ajak main Paint Ball, tembak-tembak beregu, yang menggunakan peluru dari cairan cat.

Semoga dengan acara outbond ini dapat meningkatkan semangat kerjasama tim dalam berbagai situasi dan lingkungan serta membangun rasa percaya diri, dan tentu menjalin silaturahmi sesama warga FMIPA, demikian pesan Dr. Farida Hayati, M.Si. Wakil Dekan Fakultas MIPA pada acara penutupan.

Prestasi membanggakan diraih oleh Delegasi Mahasiswa Prodi Kimia FMIPA UII di Ajang Regional Asia Tenggara yang bertajuk South East Asian Global Innovation Challenge (SEA-GIC) 2015 di Universiti Teknologi Malaysia (UTM)., yang berlangsung, Sabtu, 7 November 2015 yang lalu. Mengirimkan dua tim delagasi, tim pertama diketuai oleh oleh Naila Jannah serta Rasnalia Widyan dan Alvi Sebagai Anggota, sedangkan tim kedua diketuai oleh M. Sholehudin dan beranggotakan Arif Latif dan Resti. Kedua tim didampingi Seorang Dosen Pembimbing yaitu Bapak Rudy Syah Putra, Ph.D. Setelah melakukan berbagai persiapan dan menjalani satu demi satu stap perlombaan di ajang itu, Alhamdulillah Delegasi Mahasiswa Prodi Kimia menjadi juara Umum dengan menyabet dua juara sekaligus, yaitu Tim Satu berhasil meraih juara pertama kategori penyajian Poster dan Kategori Tim Terfavorit, dan Tim dua Menjadi Juara Kedua dalam penyajian Presentasi. Raihan ini mengantarkan Delegasi UII menjadi Juara Umum di ajang SEA-GIC 2015.

8

Seorang dosen harus pandai untuk meng-create kelas itu menjadi lebih hidup dan dinamis,  sehingga ketika di kelas, mahasiswa merasa betah dan nyaman serta memahami apa yang disampaikan oleh para dosen, hal ini penting, mengingat strategi komunikasi dua arah yang dinamis dan efektif akan membangun konstruksi tujuan dari mengajar, demikian disampaikan oleh Dekan Fakultas MIPA UII, Drs. Allwar, M.Si. Ph.D. dalam sambutan pembukaan Workshop Internalisasi Nilai-nilai Islam dalam Perkuliahan di Kampus Fakultas MIPA UII Kampus Terpadu Jalan Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta (Selasa,3/11).

Lingkup kegiatan workshop meliputi penyusunan learning outcome perkuliahan, ketrampilan dasar dalam mengajar; internalisasi nilai-nilai ke-Islaman dan praktek mengajar, dan sebagai pemateri dalam acara workshop yaitu Dr. Hujair AH. Sanaky, MIS. (Penyusunan Learning Outcome Perkuliahan), Dra. Sri Haningsih, M.Ag. (Ketrampilan Dasar Mengajar), dan Sus Budiharto, S.Psi. M.Si. (Internalisasi Nilai-nilai Ke-Islaman dalam Perkuliahan).

Workshop Internalisasi Nilai-nilai Islam Dalam Perkuliahan bertujuan membekali dosen baru dengan ketrampilan dasar mengajar dan membuka wawasan dosen baru tentang urgensi dan cara internalisasi nilai-nilai Islam dalam perkuliahan.  Hal ini penting dalam rangka mewujudkan focus pengembangan Universitas Islam Indonesia sebagai excellent teaching university pada 2015-2022, salah satu aspek yang harus dipersiapkan adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Fakultas MIPA UII dalam penerimaan mahasiswa baru dalam dua tahun terakhir mengalami jumlah yang signifikan. Untuk memenuhi rasio dosen-mahasiswa, Fakultas MIPA mengangkat dosen cukup banyak. Strategi yang perlu dilakukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berkualitas adalah membekali dosen muda dengan kompetensi pedagogic dan pengetahuan tentang cara internalisasi nilai ke-Islaman dalam perkuliahan.

Sebanyak 586 mahasiswa dari PTN dan PTS se Propinsi DIY mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina kategori Teori bidang Kimia, Biologi, Matematika dan Fisika, sedangkan untuk peserta Kategori Proyek Sains sebanyak 13 tim, demikian disampaikan Drs. Allwar, M.Sc. Ph.D. Dekan Fakultas MIPA UII dalam sambutan pembukaan OSN Pertamina di Auditorium Abduk Kahar Mudzakir Kampus UII Terpadu Jalan Kaliurang, pada Kamis (15/10).

Lebih lanjut Allwar menjelaskan bahwa kegiatan OSN Pertamina yang diselenggarakn di UII merupakan kepercayaan Pertamina kepada Fakultas MIPA UII sebagai penyelenggaran Seleksi Tingkat Wilayah Propinsi DIY sejak tahun 2008.

Selain itu Dekan FMIPA berharap kepada peserta dari UII agar dapat mengukir prestasi seperti tahun 2014 yakni UII sebagai Juara I Proyek Sains. yang menghasilkan perangkat lunak atau aplikasi Celengan Limbah (CELI)  pada perangkat smartphone. Aplikasi ini memfasilitasi pengelolaan bank sampah yang sudah berjalan di beberapa daerah di Indonesia.

Sementara itu Dr. Abdul Jamil, SH.MH. Wakil Rektor III-UII yang hadir mewakil Rektor, dan membuka secara resmi OSN Pertamina, menegaskan bahwa UII sangat mendukung dan siap membantu pembiayaan pada setiap kegiatan mahasiswa yang melakukan penelitian untuk pengembangan dan pembaharuan energy.

Hadir dalam acara pembukaan Dr. Farida Hayati, M.Si  Wakil Dekan FMIPA. Dr. Yekni Widyaningsih Utusan Panitia Pusat OSN Pertamina, Bambang Turyono Senior Supervisor Branch Marketing Support PT Pertamina DIY-Jateng.

OSN Pertamina merupakan ajang kompetisi ilmiah para mahasiswa dari PTN/PTS di seluruh Indonesia dan menjadi wadah generasi muda mengekspresikan diri, menampikan karya cipta, serta mengukir prestasi.

Tingginya kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia menjadi permasalahan yang belum terpecahkan. Konsumsi BBM terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indonesia yang dulunya dikenal sebagai negara produsen minyak kini justru beralih menjadi negara pengimpor minyak. Solusi untuk mengatasi hal ini yakni dengan mengenalkan bahan bakar alternatif.

Salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan adalah biodisel yang terbuat dari minyak nabati atau hewani. Namun siapa sangka jika biodisel dapat diciptakan dari minyak goreng habis pakai atau yang dikenal masyarakat sebagai minyak jelantah. Sebagaimana hasil penelitian sekelompok mahasiswa UII yang berhasil menciptakan biodisel dari minyak jelantah. Biodisel minyak jelantah karya mahasiswa UII ini juga diklaim memiliki kualitas tinggi karena kandungan airnya rendah (kurang dari 1%).

“Kami terpantik untuk meneliti hal ini karena Indonesia termasuk negara yang konsumsi minyak gorengnya tinggi. Hampir semua jenis makanan di sini pasti diproses dengan memakai minyak goreng. Dari situ bisa kita tahu jika banyak minyak jelantah sisa produksi yang dapat dimanfaatkan untuk membuat biodisel”, ungkap Kharis Pratama, mahasiswa Ilmu Kimia UII. Kharis menyitir data, rata-rata konsumsi minyak goreng sawit di Indonesia setiap tahunnya mencapai 5,5 juta ton, atau 24 persen dari total produksi minyak goreng sawit per tahun sebesar 23 juta ton.

Bersama empat orang rekannya, yakni Muhammad Idris, Yudi Antono, Jumardin Rua, dan Hikmat Ramdhani, ia kemudian mulai sibuk mencari metode yang tepat untuk memproses minyak jelantah menjadi biodisel. “Tidak mudah karena dengan metode yang biasa kendalanya biodisel masih memiliki kadar air yang tinggi sehingga kurang berkualitas”, ujarnya. Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing barulah ia menemukan metode yang tepat, yakni dengan memanfaatkan reaksi transesterifikasi untuk mengkonversi minyak jelantah.

Proses konversi sendiri dilakukan dengan cara memberikan aliran listrik (elektrolisis) ke dalam larutan minyak jelantah dengan variasi waktu tertentu. Elektroda atau batang logam yang digunakan untuk mengaliri listrik telah dilumuri dengan larutan khusus yang disebut kitosan gel.

“Reaksi transesterifikasi selama elektrolisis mengubah minyak jelantah ke dalam dua lapisan, yang berwarna coklat merupakan lapisan gliserol, sedangkan lapisan atas berwarna kuning keruh merupakan lapisan biodiesel”, tambahnya.

Tahap akhir dari proses ini yaitu mencuci lapisan biodisel dari residu hingga menghasilkan biodisel murni yang siap pakai. Kharis Pratama optimis jika proses penelitiannya akan membawa kontribusi positif dalam pengembangan bahan bakar alternatif di Indonesia.

Bersama Universitas Islam Indonesia (UII) kembali dipercaya sebagai penyelenggara Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina tahun 2015 tingkat Perguruan Tinggi untuk wilayah DIY. Penyelenggaraan ini merupakan kali kedelapan sejak pertama kali digelar pada tahun 2008 yang lalu. Acara berlangsung di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus UII Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta, pada Kamis (15/10).
President Director Pertamina dalam sambutannya yang disampaikan oleh Bambang Turyono, sejak tahun 2008 Pertamina melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) berupaya meningkatkan kualitas dan keinginan mahasiswa Indonesia untuk berprestasi. Berkat kerjasama yang baik antar Pertamina dan Universitas-Universitas di Indonesia tersebut, OSN  Pertamina dari tahun ke tahun terus meningkatkan kualitasnya.
Disampaikan Bambang Turyono, berbeda dibandingkan pelaksanaan tahun sebelumnya, untuk pelaksanaan seleksi science project OSN Pertamina tahun 2015 ini fokus pada tema tunggal yakni “Energi Baru dan Terbarukan”. Hal ini dilakukan karena Pertamina melihat bahwa dalam cita-cita bauran energi pemerintah di tahun 2025 nanti, sekitar 25 persen dari seluruh penggunaan energi akan menggunakan energi baru terbarukan.
Lebih lanjut dipaparkan Bambang Turyono, di tahun ini terdapat dua jenis kompetisi, yaitu seleksi teori yang diikuti lebih dari 25.000 peserta dan science project yang diikuti oleh 357 peserta. Tahun ini pula menurutnya OSN Pertamina dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi di negara-negara ASEAN untuk kategori science project.
Sementara Alwar Ph.D, dalam laporannya mangatakan, OSN merupakan ajang ilmiah bagi mahasiswa untuk mengapresiasikan kreativitasnya serta untuk mengukir prestasi. Pada pelaksanaan OSN tahun 2015 di UII ini terdapat 586 peserta teori, dan 13 peserta science project. Disampaikan Alwar Ph.D., pada penyelenggaraan OSN tahun sebelumnya, nama UII berhasil terukir sejajar dengan universitas maju lainnya di Indonesia. Karena pada tahun lalu mahasiswa UII berhasil menjadi juara satu pada kategori science project.
Dan mengawali untuk bisa menyamai raihan tahun lalu, maka Prodi Kimia menyabet ke-4 besar poster science project terfavorit. Keempat Kelompok Mahasiswa tersebut adalah:
1. Cahyati (13612087) dengan Judul: “Pengolahan urin sapi menjadi bahan bakar terbarukan berupa gas H2 Sebagai Usaha Mengatasi Kelangkaan BBM”, Kimia/FMIPA.
2. Jumardin Rua (13612103) dengan Judul: “Produksi Gas Hidrogen Sebagai Sumber Energi Alternatif dari Limbah Organik Menggunakan Teknik Elektrodegradasi”, Kimia/FMIPA.
3. Titis Arini Afiati (13612057) dengan Judul: “Rumput Laut Gunung Kidul Sebagai Agen Alternatif Biodiesel Alternatif III”, Kimia/FMIPA.
4. Eni Puspitasari (13612091) dengan Judul: “Pemanfaatan daun kering sebagai bioenergi untuk mencapai kampus mandiri energi”, Kimia/FMIPA.

Sebagai salah satu wujud respon akan isu Jaminan Kesehatan nasional (JKN) yang beberapa waktu terakhir mengemuka di masyarakat, Progam Studi Profesi Apoteker UII menggelar seminar berupa Kajian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ditinjau dari Perspektif Syariah dan Kesehatan, pada Sabtu (17/10) di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Kegiatan seminar menghadirkan narasumber dari BPJS Kesehatan dan Pakar Syariah, yakni Kepala Unit MPKP BPJSK Cabang Utama Yogyakarta, Army Maria Ulfah, S.Farm, Apt. dan Pakar Keilmuan Islam UII, Drs. Asmuni MTh, MA. Seminar dibuka oleh Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. dan dihadiri oleh mahasiswa, dosen serta para praktisi perapotekan di Yogyakarta.

Drs. Asmuni MTh, MA. dalam materinya, menyampaikan bahwa pemahaman unsur maisir pada BPJS oleh sebagian orang karena adanya spekulasi dan untung-untungan. Misalnya baru bayar beberapa kali, tapi mendapat pengobatan yang nilainya berlipat. Inilah oleh sebagian orang dikategorikan unsur pertaruhan  yang tidak sesuai dengan nilai-nilai syari’ah.

Disampaikan Drs. Asmuni MTh. MA., dalam akad tabarru’ keberadaan garar, jahalah tidak selalu menjadi pertimbangan. Apalagi garar dan jahalah tersebut dalam perspektif yang masih subyektif, artinya masih bisa diperdebatkan. Tinggal sekarang persoalan maisir yakni pertaruhan atau untung-untungan. “Jika seseorang yang tercatat sebagai peserta BPJS beberapa bulan, kemudian mengalami sakit,  yang ia sendiri tidak menghendakinya apakah tepat dikategorikan sebagai maisir,” tuturrnya.

“Saya kira tidak seorang pun berencana untuk sakit, meskipun sakit itu sendiri tidak bisa dihindari. Jika terjadi kasus seperti ini lebih tepat dijastifikasi dengan kaidah fikih al-masyaqqatu tajlibu al-taisir atau kesulitan dapat menarik kemudahan,” paparnya.
Sementara berkenaan dengan penerapan denda keterlambatan yang akumulasinya berpotensi menjadi riba nasi’ah yang diharamkan oleh syari’ah seperti disampaikan Drs. Asmuni MTh. MA.. Klaim riba terhadap denda keterlambatan peserta BPJS dapat dibenarkan, akan tetapi klaim ini tidak mencerminkan konsistensi MUI sendiri. Karena meskipun dalam konteks yang berbeda MUI telah mengakui denda keterlambatan bagi nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran.

Dipaparkan Drs. Asmuni MTh. MA., fatwa No. 17/DSN-MUI/IX/2000 yang mengatur sanksi denda ini berdasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Untuk resiko riba yang akumulatif, dalam fatwa ini juga disebutkan bahwa denda keterlambatan tersebut tidak boleh menjadi pendapatan bank, melainkan dimasukkan menjadi dana sosial. “Mengacu pada fatwa ini, maka denda atas keterlambatan peserta BPJS dapat dibenarkan apalagi sejak awal  diperuntukkan menjadi dana sosial,” jelasnya.

Sementara Army Maria Ulfah, S.Farm, Apt. dalam materinya memaparkan kajian JKN  Tinjauan Perspektif Kesehatan. Mengutip UU No. 40/2004, Pasal 19, Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi Sosial dan prinsip Kesetaraan memperoleh manfaat dan akses. Meninggkatnya layanan kesehatan menurutnya antara lain dilatarbelakangi pembangunan berwawasan kesehatan yang belum optimal, kesenjangan ekonomi tinggi, prilaku dan cara pandang terhadap kesehatan (Ignorance), transisi epidemiologi dan transisi demografi.

Bunga melati merupakan salah satu tanaman hasil dari tanah perairan, khususnya daerah pantai seperti di daerah Pasuruan, Pamekasan, Banyumas, Pemalang dan Tegal. Bunga melati dapat dibuat menjadi minyak atsiri dari bunga bungaan yang secara nilai ekonomi sangat menjanjikan. Saat ini harga minyak atsiri dari bunga melati absolut mencapai 60 juta per liter. Namun demikian, sampai saat ini pemanfaatan bunga melati dinilai masih kurang maksimal disebabkan masih rendahnya kemampuan produksi para petani melati.

Adalah Titis Arini Afiati, Lusi Sofia dan Septian Perwira yang merupakan Mahasiswa Jurusan Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII) yang telah berhasil melakukan inovasi dengan membuat sebuah alat yang berguna memudahkan masyarakat khususnya petani melati dalam meningkatkan hasil produksi dari tanaman bunga melati.

Alat yang diberi nama Magic Stirrer tersebut merupakan alat untuk memudahkan pelaku usaha minyak atsiri dengan segala keefektifan dan keefisienannya. “Ini adalah peluang. Meski kebutuhan akan produk dari bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, namun produksi bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati pasar dunia.” Papar Titis yang merupakan ketua tim penemu alat tersebut.

 Mereka Menyatakan bahwa Magic Stirrer memiliki beberapa kelebihan seperti waktu produksi yang lebih singkat dan tidak rumit sehingga tidak harus memiliki keahlian khusus untuk mengoperasikannya. “Magic stirrer banyak memiliki kelebihan diantaranya randomen yang dihasilkan lebih tinggi dari teknik sebelumnya, waktu ekstraksi minyak lebih singkat, penggunaan bahan baku yang sedikit dan tidak membutuhkan keahlian khusus dalam pengoperasian alat tersebut” Ungkap Titis.

Pada teknik sebelumnya yaitu enfleurasi atau penyerapan minyak oleh lemak, para pelaku usaha minyak atsiri diharuskan selalu mengganti bahan baku setiap harinya, hal ini akan sangat merepotkan karena mengurangi keefektifan waktu dan tenaga yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan penggantian teknik, yaitu dengan menggunakan“magic stirrer” yang berbasis metode ekstraksi.

2015.9.18. magic stirrer 1

Dinamika perubahan lingkungan terus terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan kebutuhan masyarakat dan hadirnya regulasi yang baru.  Hal tersebut juga terjadi dalam bidang kesehatan khususnya pada bidang kefarmasian. Berlakunya era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 juga berimplikasi pada perubahan dalam beberapa paraturan dan tatanan yang dipersiapkan untuk menyongsong era tersebut.
Berbagai macam perubahan harus selalu direspon oleh pendidikan tinggi sebagai dalam rangka menjaga relevansi eksistensinya. Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) Universitas Islam Indonesia (UII) senantiasa melakukan perbaikan dalam kurikulum dan metode pembelajaran untuk selalu dapat menghasilkan apoteker islami yang kompeten dan dapat mengikuti dinamika lingkungan .
Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) UII berikhtiar untuk menghasilkan lulusan yang berwawasan Islami, bersikap ilmiah, berketrampilan tinggi sesuai kompetensi Apoteker dan berwawasan kebangsaan. Melalui implementasi pembelajaran dengan metode Problem Based Learning (PBL) lulusan diharapkan memiliki soft skill  seperti ketrampilan komunikasi, kepemimpinan, ketrampilan persuasive, ketrampilan negosiasi, manajemen konflik, manajemen waktu, problem solving, semangat teamwork, pemikiran strategis, attitude positif, kemauan belajar dll.
Dengan basis internaslisasi nilai nilai keislaman dalam kurikulum seperti pesantrenisasi, dauroh Al-Qur an, pembinaan baca tulis Al Quran, program mabit di masjid dan pengajian rutin diharapkan dapat membentuk karakter keislaman yang kuat yang melandasi profesionalisme apoteker. Desain pembelajaran dan praktikum dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menempuh UKAI (Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia) baik CBT (Computer Based Test) maupun OSCE (Objective Structure Clinical Examination).  Bahkan, PSPA UII telah menjadi pelopor pengembangan ujian komprehensif berbasis OSCE sejak tahun 2008. Pada saat sekarang ini, pengembangan metode OSCE dalam ujian komprehensif semakin sempurna dengan hadirnya Mini Teaching Hospital (MTH) sebagai laboratorium simulasi rumah sakit, khususnya yang barkaitan dengan pelayanan kefarmasian.
sumpah-apoteker-xxv-3
Penguatan proses pembelajaran berbasis local genius juga terus dikembangkan, salah satunya adalah Pembelajaran Promosi Kesehatan, dimana mahasiswa langsung diterjunkan ke masyarakat untuk melakukan identifikasi problem kesehatan, merancang , mengimplementasikan, dan mempresentasikan program promosi kesehatan.  Dengan seluruh proses yang telah ditempuh tadi, akhirnya pada hari Kamis, 17 September 2015, PSPA UII kembali melaksanakan acara Pengambilan Sumpah Apoteker baru angkatan XXV.  Pada pengambilan sumpah kali ini, sebanyak 105 calon Apoteker telah mengucapkan sumpahnya sebagai Apoteker baru yang telah siap untuk berkontribusi dalam pembangunan bidang kesehatan. Dari 105 Apoteker baru tersebut, 85 diantaranya lulus dengan predikat Cum Laude sehingga merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Mahasiswa dengan IPK tertinggi adalah Silvia Ayu Vajrika dengan IPK 3,98. Di harapakan hubungan antara alumni dengan almamaternya akan terus terjalin dengan baik dan saling bermanfaat untuk pengembangan proses pembelajaran di kampus dan juga pengembangan karir alumni. (Dimas AP)

Sebagai upaya untuk mengukur mutu sebuah program studi perlu lembaga penjamin mutu, baik melalui penjamin mutu internal maupun eksternal yang dalam hal ini melalui sistem akreditasi. Oleh karena itu Prodi Farmasi FAkultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) pada tanggal 18-19 September 2015  mendapat kunjungan dari asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKes) terkait akreditasi Program Studi Farmasi dan hadir sebagai asesor akreditasi dari LAM-PTKes yang melakukan visitasi yaitu Prof. Dr. Shirly Kumala, M.Biomed. Apt. dan Dr. Diky Mudhakir, S.Si. M.Si.

Sementara itu dari UII hadir dan ikut mendampingi vitasi Rektor Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. dan Wakil Rektor I Dr. Ing. Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA., IAI., Dekan FMIPA Drs. Allwar, M.Sc. Ph.D., Wakil Dekan FMIPA Dr. Farida Hayati, M.Si. Apt., Direktur Badan Penjaminan Mutu Kariyam, M.Si., Direktur Akademik Arief Rahman, SE, M.Com, Ph.D.,  Kaprodi Farmasi Pinus Jumaryatno, S.Si., M.Phil., Ph.D., Apt, dan dosen-dosen Prodi Farmasi.

Dalam sambutannya Rektor Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc. mengatakan bahwa Prodi Farmasi telah siap menghadapi asesmen lapangan dari Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan.

LAM-PTKes merupakan badan hukum perkumpulan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan HAM, adapun Anggota Pendiri LAM-PTKes saat ini terdiri atas Organisasi Profesi dan Asosiasi Institusi Pendidikan dari 7 bidang ilmu kesehatan, yaitu: Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kebidanan, Kesehatan Masyarakat, Farmasi dan Gizi.

Tujuan akreditasi oleh LAM-PTKes bukan hanya untuk memberikan status dan peringkat akreditasi prodi saja, tetapi utamanya adalah untuk menumbuhkan kesadaran, motivasi, dan langkah-langkah konkret yang akhirnya bermuara pada budaya peningkatan mutu berkelanjutan (culture of continuous quality improvement).