Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Unit 310-315 Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mengubah limbah pertanian berupa jerami dan sekam padi menjadi enegi terbarukan dan pestisida. Limbah pertanian, jerami dan sekam padi diubah menjadi briket dan asap cair menggunakan alat pirolisis.
Mereka menyosialisasikan penggunaan pirolisis kepada anggota kelompok tani Desa Butuh, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Bahkan hasil sulingan yang berupa asap cair telah diujicobakan sebagai pestisida organik bagi tanaman petani dan hasilnya cukup menggembirakan.
Dijelaskan Imam Sahroni, salah satu dosen pembimbing KKN Unit 310-315, selama ini, limbah pertanian yang berupa sekam hanya digunakan sebagai bahan pembakaran batu bata atau dibakar begitu saja. Petani belum memanfaatkan limbah tersebut secara optimal dan memiliki nilai ekonomis tinggi.
Sehingga mahasiswa KKN-PPM Unit 310-315 yang berada di bawah pembimbing utama Lutfia Isna Ardhayanti, berinisiatif mengolah limbah tersebut menjadi briket atau energi terbarukan dan asap cair atau pestisida. Kemudian mahasiswa KKN-PPM UII menyosialisasikan cara pengolahan tersebut kepada anggota kelompok tani.
“Sosialisasi dan pelatihan ini bertujuan memberikan informasi tambahan mengenai pemanfaatan limbah sekam dan jerami yang dapat diubah menjadi energi alternatif dalam bentuk briket dan pestisida alami yang berupa asap cair. Diharapkan temuan ini dapat meningkatkan perekonomian warga,” kata Roni, panggilan akrab Imam Sahroni.
Sosialisasi dan pelatihan, jelas Roni, dilakukan di Desa Butuh, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo yang dilaksanakan secara bergantian di setiap perdukuhan atau kelompok tani. Sehingga setiap pedukuhan atau kelompok tani mampu mengolah limbah pertanian menjadi alternatif energi terbarukan dan pestisida alami.
Sosialisasi dan pelatihan tersebut diikuti empat kelompok tani yaitu Kelompok Tani Makmur I, II, III dan IV. Mereka berasal dari Dusun Krajan, Dusun Abean, Dusun Adinegaran dan Dusun Ketundan.
Dalam sosialisasi, mahasiswa tidak hanya memberikan paparan mengenai proses pembuatan briket dan asap cair dari limbah sekam padi. Mereka mengajak warga berpartisipasi dalam membuat produk tersebut melalui simulasi pembuatan produk. Warga diberikan gambaran mengenai pemasaran produk hingga gambaran produksi skala besar.
Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menerima 248 siswa kelas XI IPA SMAN I Muntilan, Jawa Tengah. Siswa mendapat pelatihan dari Prodi Pendidikan Kimia FMIPA UII meliputi pembuatan pasta gigi, elektroplating, penyulingan minyak atsiri, Kamis (20/9).
Kepala Program Studi Pendidikan Kimia, Krisna Merdekawati, mengapresiasi jajaran guru SMAN 1 Muntilan atas inisiasi untuk mengajak siswa ke FMIPA UII. Sehingga siswa SMAN I Muntilan dapat mengenal pelajaran kimia secara lebih komprehensif.
Lebih lanjut Krisna mengatakan Prodi Pendidikan Kimia FMIPA UII memiliki komitmen untuk memberikan sumbangsih pada kemajuan pendidikan kimia. Di antaranya, memberian pelatihan-pelatihan kepada siswa, guru, maupun masyarakat.
Sedang Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum SMAN 1 Muntilan, Subagyo, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan siswa pada dunia kampus dan menambah wawasan siswa tentang aplikasi kimia. Selama ini, siswa masih sering menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit dan tidak aplikatif.
“Melalui kunjungan laboratorium siswa secara riil melihat aplikasi kimia dalam dunia industri maupun kehidupan sehari-hari. Siswa juga mengenal instrumen kimia, seperti AAS, spektrofotometeruv-vis, HPLC, GC-MS, FTIR, XRD,” kata Subagyo di sela-sela mendamping siswanya di Kampus FMIPA UII.
Menurut Subagyo, siswa menujukkan respons positif selama kegiatan berlangsung. Siswa mengikuti kegiatan dengan antusias. Siswa menjadi tahu beberapa contoh aplikasi kimia dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga melihat secara langsung beberapa instrumen yang digunakan untuk keperluan analisis kimia.
Sementara Dekan FMIPA UII, Prof Riyanto menyampaikan FMIPA membuka kesempatan kepada sekolah-sekolah untuk mengadakan kunjungan ataupun mengikuti pelatihan di FMIPA UII. “FMIPA UII terbuka bagi sekolah-sekolah yang ingin belajar kimia,” kata Riyanto.
(Republika)
Pengajuan dana kegiatan kemahasiswaan mengikuti alur sebagai berikut:
Untuk isian formulir silahkan klik disini
Ganjar Fadillah (27), dosen muda Program Studi D3 Analisis Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) meraih Metrohm Indonesia Young Chemist Award 2018. Ia berhasil menjadi juara pertama dan mengalahkan peserrta dari Universitas Indonesia (UI) dan profesional alumni UI.
Ganjar mendapatkan hadiah berupa piagam dan uang sebesar Rp 30 juta. Ganjar juga akan mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Kantor Pusat Metrohm di Swiss bersama dengan pemenang pertama dari berbagai negara.
“Senang mendapat award ini. Semoga ini bisa memotivasi diri sendiri untuk melakukan yang lebih baik lagi dan levelnya lebih tinggi,” kata Ganjar Fadillah kepada wartawan di Kampus FMIPA UII Yogyakarta, Senin (17/9/2018).
Dijelaskan Ganjar, dirinya tertarik untuk mengikuti kompetisi ini karena temanya sangat berkaitan dengan penelitiannya. Kemudian Ganjar mengirimkan summary ke Metrohm Indonesia untuk dilombakan. Ternyata Ganjar mendapat panggilan dan diminta untuk memaparkan hasil penelitian di hadapan juri, Jumat (14/9/2018) lalu.
Juri, kata Ganjar, ada lima yaitu sales, marketing, kepala Metrohm, dan tim laboratorium. Ganjar mempresentasikan hasil penelitiannya tentang ‘Pengembangan Sensor Kimia Berbasis Polimer Bercetakan Molekul untuk Analisis Antioksidan BHA pada Sampel Pangan.’
Lebih lanjut Ganjar menjelaskan Butil Hidroksi Anisol (BHA) merupakan senyawa aditif yang banyak ditemukan pada produk-produk pangan. Senyawa ini mudah mengalami oksidasi seperti minyak goreng dan mentega.
Penggunaan senyawa ini dalam konsentrasi yang besar dapat mengakibatkan efek karsinogenik sehingga analisis senyawa ini sangat penting. Analisis senyawa ini dapat dilakukan dengan metode elektrokimia seperti voltammetri. Namun untuk meningkatkan tingkat sensitivitas dalam analisis senyawa tersebut diperlukan suatu modifikasi polimer bercetakan molekul di permukaan elektroda.
“Pada penelitian ini, modifikasi tersebut menunjukan kinerja yang baik dengan limit deteksi pengukuran sebesar 0,94 μM dan hasil analisis menujukan hasil yang tidak jauh berbeda dengan metode pembanding seperti HPLC (High Performance Liquid Chromatography,red),” kata Ganjar.
Metrohm Young Chemist Award 2018 merupakan salah satu agenda yang diadakan Perusahaan Metrohm yang bertepatan dengan peringatan 75 tahun. Metrohm didirikan oleh Bertold Suhner, seorang ilmuan muda dan cerdas. Beberapa tema yang diangkat dalam kegiatan ini antara lain elektrokimia, spektroskopi, titrasi dan ion kromatografi.
(red: Hery Purwata)
Ketua Program Studi (Prodi) Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII), Dr Dwiarso Rubiyanto menandaskan kuliah di Prodi Kimia tidak hanya mempelajari rumus dan praktikum saja. Namun Prodi Kimia juga mendidik mahasiswa untuk menjadi entrepreneur yang bisa membuka lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Dwiarso Rubiyanto mengemukakan hal tersebut kepada wartawan di sela-sela kegiatan Chemistry Day bagi mahasiswa baru di Kampus FMIPA UII, Jumat (14/9/2018). Chemistry Day diikuti 118 mahasiswa baru dan berlangsung Senin-Sabtu (3-22/9/2018).
Chemistry Day, kata Dwiarso Rubiyanto, merupakan program memperkenalkan Prodi Kimia secara detail. Mahasiswa baru juga diberikan buku prospektus bagaimana mereka belajar, hingga menyelesaikan studi. Sehingga mereka bisa merencanakan studi mereka dan bisa selesai tepat waktu.
Mahasiswa juga wajib mengikuti workshop instrumentasi kimia dan minyak atsiri. Workshop instrumentasi kimia lebih menitikberatkan pada pengembangan ilmu kimia. Sedangkan workshop minyak atsiri dimaksudkan agar mahasiswa bisa menjadi entrepreneur.
Lebih lanjut Dwiarso Rubiyanto menjelaskan untuk meningkatkan jiwa entrepreneur, Prodi Kimia telah memiliki Center of Essential Oil Studies (CEOS) dan Industri Minyak Atsiri. Pusat studi yang dibentuk bulan Juli 2007 memiliki visi sebagai pusat penelitian, pengkajian dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Minyak Atsiri yang unggul di Indonesia dan dunia.
Sedang tujuannya, jelas Dwiarso Rubiyanto, di antaranya, menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat tentang minyak atsiri dan manfaatnya. Meningkatkan peran UII, industri swasta dan pemerintah dalam bidang minyak atsiri. Selain itu, menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan terkait bahan dan produk minyak atsiri. Serta melestarikan sumber daya alam minyak atsiri secara berkelanjutan.
Menurut Dwiarso Rubiyanto, minyak atsiri (essential oil) Indonesia merupakan salah satu komoditas ekonomi yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan merupakan salah satu produk industri tradisional yang mendunia. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang tidak mengenalinya atau bahkan tidak dapat membedakan minyak atsiri dengan jenis minyak yang lain hingga sekarang.
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri yang tersohor di dunia. Jenis-jenis minyak atsiri Indonesia yang telah memasuki pasaran internasional di antaranya nilam, cengkeh, serai wangi, akar wangi, kenanga/ylang-ylang, jahe, pala, gaharu, cendana dan lain-lain. Keragaman tanaman yang menghasilkan minyak atsiri diperkirakan ada ratusan jenis yang termasuk dalam berbagai famili tanaman seperti Labiatae, Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, Umbiliferae dan lain-lain.
Minyak atsiri merupakan salah satu jenis bahan berbentuk minyak yang tersusun oleh campuran senyawa organik, sebagian besar digolongkan ke dalam senyawa terpenoid.
“Industri parfum/fragrans, flavor, sabun, obat, kosmetika dan lain-lain merupakan pengguna terbesar komoditas minyak atsiri di samping penggunaan langsung pada bidang pertanian, kesehatan, kecantikan dan aromaterapi,” kata Dwiarso.
Melalui CEOS, terang Dwiarso, mahasiswa dapat mempraktekan ilmu dan akan mendapatkan ketrampilan berwirausaha dengan mengembangkan minyak atsiri. Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam CEOS sudah sering mendapatkan banyak pesanan di antaranya, sabun cair.
“Belajar kimia itu tidak sulit, tetapi justru menguntungkan, bisa membuka peluang kerja bagi dirinya dan orang lain. Tidak harus menjadi pegawai. Penanaman jiwa entrepreneur itu kalau tidak ada wadahnya sulit,” tandas Dwiarso.
Sejumlah mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil mengembangkan alat bernama Reducer of Glycemic Index in Rice (Roger). Alat ini berfungsi untuk menurunkan kandungan glukosa nasi putih sehingga aman dikonsumsi penderita Deabetes Millitus (DM).
Roger dikembangkan lima mahasiswa Nurul Hidayah (Fakultas Kedokteran), David Arohman dan Damas Reza Pramuditya (Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri), Istnaini ‘Ainur Rohmah (Program Studi Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya), dan Desi Nasriyanti (Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam). Mereka adalah Tim Program Kreativitas Mahasiswa Penerepan Tekhnologi (PKMT)di bawah bimbingan dosen FMIPA, Dhina Fitriastuti.
“Kita bisa berkolaborasi karena bertemu di Excellance Community UII. Komunitas penerima beasiswa dari UII. Alhamdulillah Roger berhasil meraih medali perak di Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional-Red) 2018,” kata Nurul Hidayah yang didampingi keempat anggota Tim Roger di Kampus FMIPA UII, Rabu (5/9).
Lebih lanjut Nurul mengatakan mekanisme Roger memadukan sistematika kerja penanak nasi dan peniris minyak. Selain itu, juga memanfaatkan sistem pemanas dan termostat yang dapat menanak nasi serta gaya sentrifugal untuk merubah tekanan dalam ruangan dengan kecepatan putaran tertentu.
Roger ini memiliki kapasitas menanak nasi dan menurunkan glukosa nasi putih 3 kilogram dan membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit. Roger telah terbukti menurunkan indeks glikemik nasi putih dengan penurunan sebesar 27 persen.
Selanjutnya, nasi tersebut diujikan terhadap pasien penderita Diabetes Mellitus (DM). Ada dua kelompok orang yang dijadikan uji coba nasi yang dihasilkan Roger. Sebanyak 10 orang penderita DM mengonsumsi nasi Roger, dan 10 orang tidak diberi nasi Roger.
“Hasil penurunan nilai glukosa darah kapiler sebesar 75 persen pada pasien DM yang sebelumnya dilakukan intervensi berupa konsumsi nasi roger 10 gram, dibandingkan dengan pasien yang mengonsumsi nasi reguler 10 gram,” kata Nurul yang juga calon dokter ini.
Ide membuat Roger, kata Nurul, jumlah penderita DM di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010, terdapat 285 juta orang mengalami DM dan akan meningkat menjadi 439 juta pada tahun 2030. “Kunci utama pengobatan DM adalah mencegah progresifitas penyakit. Karena itu, dikembangkan Roger, penurun glukosa nasi putih,” ujarnya.
Ditambahkan Dhina Fitriastuti, Roger penurun glukosa nasi putih ini telah diterapkan pada perusahaan katering sehat ‘My Heartbeat Company.’ Respons mitra kerja tersebut sangat positif. Ada peningkatan efektivitas dalam memproduksi nasi putih rendah glukosa untuk penderita DM. Sehingga ini menjadi salah satu keunggulan katering tersebut untuk memperluas pemasaran.
“Diharapkan Roger, penurun glukosa nasi putih ini dapat membantu bisnis makanan sehat. Sehingga upaya hidup sehat dapat diterapkan lebih maksimal. Kini Roger tengah diajukan untuk mendapatkan hak paten,” kata Dhina.